Setiap muslim adalah pemimpin. Setidaknya, ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Ajaran Islam secara tegas
menyatakan, kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan dalam
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
Al-
Qur’an telah banyak memberikan gambaran tentang adanya hubungan positif antara
pemimpin yang baik dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, sangat disayangkan akhir-akhir ini sebagian masyarakat menghadapi ‘kegoncangan’ dalam ketaatan kepada pemimpin.
Pada edisi kali ini, Qatrunnada berhasil mewawancarai salah seorang staf pengajar
Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi’i Jember, Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf MA. Tema yang diangkat
yaitu tentang sikap seorang muslim terhadap
penguasa di tengah fitnah yang melanda.
Bagaimana seharusnya sikap
seorang muslim terhadap pemimpin?
Sikap seorang muslim kepada
pemimpin tentunya harus menaati mereka terutama dalam kebaikan. Bahkan, hukmnya
wajib sebagaimana
disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa’ [4] : 59)
Tapi, bagaimana jika
pemimpin kita berbuat zhalim, apakah tetap harus ta’at?
Ya. Kita harus tetap ta’at
bahkan bersabar dengan sikap mereka. Imam Ibnu Abil ‘Izz rahimahullah mengatakan,
“Hukum mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada
kita). Jika kita keluar dari mentaati mereka maka akan
timbul kerusakan yang lebih besar dari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan
bersabar terhadap kezholiman mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat
gandakan pahala. Allah Ta’ala tidak menjadikan mereka berbuat zhalim selain disebabkan karena kerusakan yang ada
pada diri kita juga. Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam
istigfar dan taubat serta berusaha mengoreksi amalan kita.
Berarti, kita sebagai
rakyat juga harus bersikap baik?
Ya. Ingatlah, Semakin
Baik Rakyat, Semakin Baik Pula Pemimpinnya. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah
mengatakan; “Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika
rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zhalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zhalim. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang
lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan”. Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat
akan tercermin pada amalan penguasa mereka.
Lalu bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap
pemimpin yang zhalim?
Hendaklah
kita selalu mendo’akan pemimpin kita dan bukan mencelanya. Karena, do’a kebaikan kita kepada mereka merupakan
sebab mereka menjadi baik. Sehingga, kita juga akan ikut baik. Ingatlah pula bahwa
do’a seseorang kepada saudaranya dalam keadaan saudaranya tidak mengetahuinya
adalah salah satu do’a yang terkabulkan.
(Fadly Gugul)
No comments:
Post a Comment