Wednesday, 9 December 2015

Baca! Baca! Baca!



Bacalah! 
Karena peradaban gemilang ini dimulai dengan membaca.

Solusinya adalah membaca! Sebelum berbicara masalah moral, kemusyrikan, tauhid dan berbagai bidang yang sangat krusial, Allah mulai dengan perintah membaca. Kuncinya adalah membaca. Bahkan Allah ulang perintah membaca itu sebanyak dua kali. Dari sinilah peradaban islam kembali eksis, setelah sekian lama terpuruk. Rasulullah sebagai komandan tertinggi peradaban islam ketika itu menangkap baik pesan ini, pesan solutif bagi segala persoalan yang dihadapi, perintah membaca!. Kita tahu ketika itu belum ada literatur yang memadai untuk dibaca, bahkan nggak ada buku sama sekali. Kalau begitu tidak relevan dong dengan perintahnya ? Allah hadirkan buku terbaik, buku panduan hidup yang siapapun mau dan serius mempelajarinya dijamin sukses dunia akhirat.

Bermodal membaca ini Rasulullah mengawali peradaban islam dengan misi utama mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk taat dan tunduk pada perintah Allah, bagaimana seisi dunia ini berada dalam hidayah Allah. Segala kerusakan dan kebobrokan moral, ekonomi, pendidikan serta politik, solusinya adalah membaca. Dan sebaik-baik bacaan adalah Al-Quran. Ini konsep nubuwwah, dan dibuktikan langsung oleh Rasulullah. Lihat bagaimana hanya dalam waktu 30 tahun setelah bi’tsah Rasulullah persia tunduk, seperempat dunia tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya.

Konsep ini dijalani dengan baik oleh generasi hebat, dari era khulafaaurRasyidin, Dinasti Umawiyyah, kemudian Abbasiyyah dan pemerintahan-pemerintahan Qurani setelahnya hingga berakhir pada masa Ottoman Empire. Konsep membaca ini diterapkan pula oleh para Ulama kita, bagaimana mereka menyediakan dan menghadirkan bacaan-bacaan yang mengandung iman dan ilmu. Sejarah menyaksikan bagaimana peradaban islam mempunyai perpustakaan-perpustakaan raksasa yang menampung karya tulis para Ulama kita. Ada perpustakaan Baghdad, yang ditenggelamkan oleh pasukan Tatar di sungai Dajlah. Kita juga punya perpustakaan besar di Qordoba yang menghimpun setengah juta kitab, padahal belum ada percetakan saat itu. Masih ada lagi, kita masih punya perpustakaan Umawiyyah dan Daar al-Hikmah di Kairo.

Beginilah kesaksian sejarah membuktikan kedahsyatan konsep membaca ini -membaca Al-Quran-Assunnah dan literatur yang benar tentunya, mampu merubah wajah peradaban menjadi islami. Kita-pun sama, sekarang kita hidup di masa jahiliyyah berwajah modern dan problem terbesar yang sedang kita hadapi adalah problem ilmu, dan obat mujarabnya adalah membaca. Sekali lagi jika kita sebut kata membaca, maka yang dimaksud disini adalah makna membaca secara luas dan konperehensif, mencakup segala aspek. Termasuk didalamnya adalah memahami, menelaah hingga mengilmui.

Berbicara masalah peradaban, kita perlu berkaca kepada sejarah, kita tengok siapa saja yang ikut andil dalam reformasi peradaban islam ini, maka kita akan temukan bahwa peradaban ini di kelilingi oleh anak-anak muda!. Al-Quran sendiri yang menjadi saksi. Berapa usia Ibrahim ketika menghancurkan berhala-berhala kaumnya ? Usia pemuda! Siapa yang menemani nabi Musa bertemu nabi Khidir ? Anak Muda! Ashabul Kahfi, siapa saja mereka ? Lagi-lagi anak-anak muda!

Begitu pula dakwah Rasulullah pun dikelilingi anak-anak muda. Kita semua tahu sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, tapi mungkin kita belum tahu kalau lima diantara mereka adalah anak-anak muda. Bahkan Dr. Munir Al-Ghadban dalam bukunya “Syabab Fil Ahdi an-Nabawy (Pemuda di Zaman Nabi) memasukkan Umar bin Khattab dalam barisan pemuda. Lebih dahsyat lagi, ternyata yang berperan aktif dalam membuka kota Madinah adalah pemuda!

Sebagai penutup, penulis berpesan kepada seluruh pemuda nusantara, “Bacalah, karena peradaban gemilang ini dimulai dengan membaca.” (Faris)

*Referensi
-ArRahiqul Mahtum (Al-Mubarakfuri)
-Baina At-Tarikh wal Waqi’ (Dr. Raghib As-sirjani)
-Dirasah lisuquti 30 daulah al-islamiyyah (Dr. Abdul Halim Uwais)

No comments:

Post a Comment