Bacalah!
Karena
peradaban gemilang ini dimulai dengan membaca.
Solusinya adalah membaca!
Sebelum berbicara masalah moral, kemusyrikan, tauhid dan berbagai bidang yang
sangat krusial, Allah mulai dengan perintah membaca. Kuncinya adalah membaca.
Bahkan Allah ulang perintah membaca itu sebanyak dua kali. Dari sinilah
peradaban islam kembali eksis, setelah sekian lama terpuruk. Rasulullah sebagai
komandan tertinggi peradaban islam ketika itu menangkap baik pesan ini, pesan
solutif bagi segala persoalan yang dihadapi, perintah membaca!. Kita tahu
ketika itu belum ada literatur yang memadai untuk dibaca, bahkan nggak ada buku
sama sekali. Kalau begitu tidak relevan dong dengan perintahnya ? Allah
hadirkan buku terbaik, buku panduan hidup yang siapapun mau dan serius
mempelajarinya dijamin sukses dunia akhirat.
Bermodal membaca ini
Rasulullah mengawali peradaban islam dengan misi utama mengajak
sebanyak-banyaknya manusia untuk taat dan tunduk pada perintah Allah, bagaimana
seisi dunia ini berada dalam hidayah Allah. Segala kerusakan dan kebobrokan
moral, ekonomi, pendidikan serta politik, solusinya adalah membaca. Dan
sebaik-baik bacaan adalah Al-Quran. Ini konsep nubuwwah, dan dibuktikan
langsung oleh Rasulullah. Lihat bagaimana hanya dalam waktu 30 tahun setelah
bi’tsah Rasulullah persia tunduk, seperempat dunia tunduk dan patuh kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Konsep ini dijalani dengan
baik oleh generasi hebat, dari era khulafaaurRasyidin, Dinasti Umawiyyah,
kemudian Abbasiyyah dan pemerintahan-pemerintahan Qurani setelahnya hingga
berakhir pada masa Ottoman Empire. Konsep membaca ini diterapkan pula oleh para
Ulama kita, bagaimana mereka menyediakan dan menghadirkan bacaan-bacaan yang
mengandung iman dan ilmu. Sejarah menyaksikan bagaimana peradaban islam
mempunyai perpustakaan-perpustakaan raksasa yang menampung karya tulis para
Ulama kita. Ada perpustakaan Baghdad, yang ditenggelamkan oleh pasukan Tatar di
sungai Dajlah. Kita juga punya perpustakaan besar di Qordoba yang menghimpun
setengah juta kitab, padahal belum ada percetakan saat itu. Masih ada lagi,
kita masih punya perpustakaan Umawiyyah dan Daar al-Hikmah di Kairo.
Beginilah kesaksian sejarah
membuktikan kedahsyatan konsep membaca ini -membaca Al-Quran-Assunnah dan
literatur yang benar tentunya, mampu merubah wajah peradaban menjadi islami.
Kita-pun sama, sekarang kita hidup di masa jahiliyyah berwajah modern dan
problem terbesar yang sedang kita hadapi adalah problem ilmu, dan obat
mujarabnya adalah membaca. Sekali lagi jika kita sebut kata membaca, maka yang
dimaksud disini adalah makna membaca secara luas dan konperehensif, mencakup
segala aspek. Termasuk didalamnya adalah memahami, menelaah hingga mengilmui.
Berbicara masalah peradaban,
kita perlu berkaca kepada sejarah, kita tengok siapa saja yang ikut andil dalam
reformasi peradaban islam ini, maka kita akan temukan bahwa peradaban ini di
kelilingi oleh anak-anak muda!. Al-Quran sendiri yang menjadi saksi. Berapa
usia Ibrahim ketika menghancurkan berhala-berhala kaumnya ? Usia pemuda! Siapa
yang menemani nabi Musa bertemu nabi Khidir ? Anak Muda! Ashabul Kahfi, siapa
saja mereka ? Lagi-lagi anak-anak muda!
Begitu pula dakwah Rasulullah
pun dikelilingi anak-anak muda. Kita semua tahu sepuluh sahabat yang dijamin
masuk surga, tapi mungkin kita belum tahu kalau lima diantara mereka adalah
anak-anak muda. Bahkan Dr. Munir Al-Ghadban dalam bukunya “Syabab Fil Ahdi
an-Nabawy (Pemuda di Zaman Nabi) memasukkan Umar bin Khattab dalam barisan
pemuda. Lebih dahsyat lagi, ternyata yang berperan aktif dalam membuka kota
Madinah adalah pemuda!
Sebagai penutup, penulis
berpesan kepada seluruh pemuda nusantara, “Bacalah, karena peradaban gemilang
ini dimulai dengan membaca.” (Faris)
*Referensi
-ArRahiqul Mahtum
(Al-Mubarakfuri)
-Baina At-Tarikh wal Waqi’
(Dr. Raghib As-sirjani)
-Dirasah lisuquti 30 daulah
al-islamiyyah (Dr. Abdul Halim Uwais)
No comments:
Post a Comment