Wednesday, 9 December 2015

Dahsyatnya Manfaat Istigfar




Suatu ketika datanglah tiga orang kepada Hasan Al Bashri. Hasan Al Bashri adalah seorang ulama terkemuka dan tabi’in senior. Beliau juga mashur akan kecerdasannya. Tak heran bila banyak orang yang datang kepadanya menanyakan berbagai hal tentang agama.

Datanglah orang pertama mengeluhkan tentang daerahnya yang kering dan tandus. Hanya satu saran yang diberikan Hasan Al Bashri kepada orang tersebut, yaitu istigfar. Kemudian, datang lagi orang kedua mengeluhkan tentang dirinya yang fakir. Jawabannya juga istigfar.

Sedangkan, orang ketiga mengeluhkan tentang kebunnya yang kering kerontang, karena lama tak kunjung hujan. Tak jauh berbeda, Hasan Al Bashri pun menjawab, “beristigfarlah kepada Allah.”

Melihat keadaan ini, Rabi bin Sholih heran dan menanyakan hal tersebut, “Telah datang kepadamu tiga orang yang berbeda menanyakan masalah yang berbeda pula, tapi anda memerintahkan mereka semua untuk beristigfar.”

Dengan kearifannya, tabi’in senior ini menjawab, “Semua yang saya katakan tadi bukan semata mata opini saya, tapi itu semua ada di dalam surat Nuh ayat 10 – 12. “

Allah ta’ala berfirman:


“Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [72]: 10-12)

Allahu Akbar, begitu dahsyat manfaat istigfar. Siapa sangka satu kalimat yang sering kita lalaikan, melalui wasilahnya Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan hujan yang lebat, melipat gandakan harta, memperbanyak anak, mengaruniakan kebun-kebun, dan mengalirkan sungai sungai. Ini baru sebagian saja dari manfaat istigfar.

Masih malaskah kita untuk beristigfar? Sedangkan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam beristigfar setiap harinya tak kurang dari tujuh puluh kali. Dalam sebuah hadits beliau bersabda:


“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dalam hadits lain beliau juga bersabda:


“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).

Banyangin aja sob, ketika malas saja Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bisa beristigfar sebanyak itu. Padahal, beliau adalah manusiama’shum (yang telah diampuni dosa-dosanya dari bangun hingga tidur lagi). Sementara kita yang bukan siapa siapa, harusnya kita lebih banyak beristighfar.

Suatu ketika salah satu dosen LIPIA DR. Azazi beliau menasihati mahasiswa-mahasiswanya di kelas. Ia berpesan agar kita selalu beristigfar. “Istigfar sehari seratus kali itu tidak berat. Saya beristigfar setiap habis sholat dua puluh kali. Dikalikan lima waktu berarti berapa?” ujar Doktor lulusan Al Azhar, Mesir sambil memajukan kepalanya.

“Tentu jawabanya seratus. Jangan bilang kalau nggak ada waktu atau saya sibuk!” lanjut Doktor bidang usul fiqh ini.

Sebenarnya ringan kok, kalau kita mau beristighfar di sela-sela waktu kita. Saat sedang jalan ke sekolah, saat berada di kendaraan umum, atau saat pergantian pelajaran. Maka, bayangkan berapa kali istigfar yang nanti kita ucapkan!

So, tak ada alasan lagi untuk tidak beristigfar. Karena Allah sangat mencintai hamba- hambanya yang selalu beristigfar dan bertaubat. Kalau Sang Pencipta sudah suka sama hambanya, mau minta apa saja bukan suatu yang mustahil bagi Sang Pencipta, bahkan sangat mudah bagi Allah untuk mengabulkan do’a hambanya.

Bukti nyatanya ketika Nabi Yunus ‘alaihi salam terjebak di dalam perut ikan. Beliau hanya bertasbih dan bertaubat kepada Allah. Sehingga, Allah pun menyelamatkannya dari kegelapan dan kehampaan di dalam perut ikan.

(Zaki)


No comments:

Post a Comment