Tuesday, 7 January 2014

Sepenggal Kisah Dari Bumi Syam IV (Catatan Relelawan Suriah)


Bagian IV

Yang unik menurut saya dari kendaraan bermotor di Suriah, mereka seneng menghias motor atau mobil ky kuda, bayangin gmn kocaknya klo motor dikasih pelana sama tali kekang? tambah hiasan kepala macam kuda-kuda perang. hahaa

Mobilnya butut, ky mobil Cary tapi gedean dikit; tengah dua kursi, depan tiga kursi termasuk sopir, belakang muat empat orang. Bodinya, klo kata pemerintahan Jakarta Baru mah, udah gak layak pakai. Hehe.. Tapi jalannya cuy, apalagi tampilan supirnya, gak beda ky penjuual sayur keliling di Mesir; pake jubah panjang dan imamah, pokoknya sensasinya beda lah, macam akulturasi beberapa budaya yang enggak menghapus satu sama lain.

Sekitar setengah jam melaju kenjang, mobil butut tapi kece itu berhenti, "Kita ganti mobil." Kta Abu Zubaidah, pimpnan kami yang menggantikan Abu Saad. Pasalnya, Abu Saad masih stay satu hari lagi di Turki untuk beberapa urusan. Tidak lama, dua mobil dan satu motor datang. Dan lagi-lagi, dengan Kalashnikov di punggung masing-masing, ditambah senjata jarak dekat di pinggang si pengendara motor, mereka menyebutnya "Musaddas." macam kesatria bermootor, gumam saya dalam hati.

Khas; sorban dililitkan di leher, wajah putih mata biru, perawakan tinggi besar, ramah santun, "Assalamualikum.." tangan kanan menjabat kami, tangan kirinya menggenggam senajata yang diarahkan ke atas langit. "Tafaddhal ya akhi.. Sudah gelap kita harus bergerak cepat!" Katanya.

"Rizqi, kamu kan kecil di depan aja, nih pegang senajatanya, kalo ada seragan musuh di jalan, tembak aja!" kata pak supir dan kawan-kawan.

Wadduh, mana bisa saya nembak, laras penek aja gak pernah megang apalagi ngoprasiin senjata laras panjang, tapi ya gmn lagi, resiko punya badan paling kecil jadinya duduk di depan. Karena sempit jadi senjata harus di pegang sama yang duduk dekat jendela, karena pak supir sibuk nyetir kan. Yah, maklum mobilnya kecil.

"Yallah, tawakkal alallah!" ucap salah seorag supir kepada supir lainnya, waktunya berangkat. Mobil melaju kencang, pak supir menyetel radio, terdengar suara tangis seorang wanita di sebrang sana, "Para tentara melecehkan saya, bal bla bla.." saya sendiri tidak terlalu ingat apa jelasnya, tapi itu inti yang bisa saya tangkap dari curhatan si perempuan kepada operator. "Dengarkan kesaksian itu wahai Bashar dan semua antek-anteknya, bertaubatlah kalian kepada Allah! bla bla bla.." kata si pembawa acara menutup siarannya.

"Ini siaran dari pihak Mujahidin?" tanya saya keapda pak supir.
"Ya, mujahidin bergerak melalui radio, karena media televisi sepenuhnya masih dipegang oleh pemerintah."

"Allahu Yahfadzukum wa yahmikum yaa akhi, Allahu Yanshurul Mujahidin Wa yustabbit aqdamahum.."
sepontan terucap dari lisan ini, dengan hati bergemuruh, yaa Allah, bantu saudara-saudara kami. "Yaa Rabb, allahu yahmihim wa yanshuruhum," jawab supir dan kawan-kawan. kita Berharap Allah menguatkan pijakan para Mujahidin dan meneguhkan hati mereka, karena merekalah tulang punggung kaum muslimin di Suriah seakrang.

Terus melaju, diiringi nashid-nashid yang menggetarkan jiwa, di bawah sinar rembulan melesat kencang melintasi perbuktan, mewaspadai ancaman udara pesawat-pesawat tempur musuh yang gemar berpatroli di malam hari, yang akan menembak apapun yang nampak becahaya dan berjalan di kawasan musuh. Anjing-anjing saling bersautan, gonggongannya menambah kesan mencekam malam itu.

Fi Sabilillah Namdhi.. Nabtaghi Rof'al Liwa..
Wal Ya'ud Liddini 'Izzu.. Wal Ya'ud Lis Syami Majdu..

Falturqoq! Minnaddima..!
Falturoq! Minnadima...!

Allahu Akbar! Kami semua mengacungkan telunjuk ke atas, sesekali mengepalkan tinju dengan semangat, bernashid bersama. detik-detik yang sungguh indah.

Mobil terus melaju, melewati beberapa perbatasan lagi, sebelum kemudian sampai di tujuan dengan selamat. Alhamdulillah.. Istirahat, besok kita harus bekerja! sampaikan amanah kaum Muslimin Indonesia!

Alahu Akbar!

Bersambung..

No comments:

Post a Comment