Aqidah,
atau dalam bahasa Indonesia bisa kita artikan kepercayaan, keyakinan akan
sesuatu; baik keyakinan itu benar maupun salah. Aqidah merupakan aspek
kehidupan yang sangat penting bagi seseorang, semua manusia yang hidup, dia
pasti beraqidah.
Setiap manusia memilih aqidah atau keyakinan
masing-masing untuk dirinya. Tak
sedikit yang salah dalam memilih keyakinan. Ada orang yang berkeyakinan bahwa pohon besar
di daerah tertentu bisa memberikan berkah dan menolak bencana,
ada juga yang
berkeyakinan bahwa ada batu yang bisa menyembuhkan segala penyakit, dan masih
banyak keyakinan-keyakinan lain. Keyakinan tersebut jelas keliru, dansangat
bertentangan dengan Al-Quran dan As-sunnah. Sebagai seorang muslim yang
beriman, tentunya kita ingin beraqidah, berkeyakinan dengan aqidah yang benar,
aqidah yang diajarkan oleh Rosulullah Shallallahu’alaihiwasallam kepada
ummatnya. Sekarang ini, banyak sekali keyakinan-keyakinan, ada yang sesuai
dengan ajaran Rosulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan sangat banyak
yang bersimpangan dengan apa yang beliau ajarkan. Lantas, bagaimana aqidah yang
benar itu ? Bagaimana seharusnya kita beraqidah ?. InsyaAllah pada kesempatan kali ini kami, qotrunnada,
akan sedikit menjelaskan tentang aqidah dan bagaimana kita beraqidah. Perlu diketahui sebelumnya, standar kita dalam beraqidah adalah Al-quran dan As-sunnah yang sesuai pemahaman sahabat, tabiin, tabiutabiin, serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka dengan benar. Maka, aqidah atau keyakinan yang bertentangan dengan Al-quran maupun As-sunnah adalah aqidah bathilah (aqidah yang batil). Karena Al-quran dan As-sunnah sesuai pemahaman sahabat, tabiin, tabiutabiin adalah sumber dari aqidah itu sendiri.
Apa itu Aqidah ?
Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi)
berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu
(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kencangan
kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ)
yang artinya menetapkan, dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti
mengikat dengan kuat.[1]
Adapun
menurut istilah (terminologi): aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Dari
penjelasan diatas, bisa kita fahami bahwa ‘aqidah sohihah (Aqidah yang
benar) adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada segala sesuatu
berdasarkan Al-Quran dan As-sunnah atas pemahaman sahabat, tabiin, tabi tabiin,
serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka dengan benar. Sedangkan ‘aqidah
bathilah adalah kebalikan dari ‘aqidah
sohihah.
Ada 6 pokok aqidah bagi setiap muslim, apa saja itu ?
Pertama, meyakini bahwa Allah itu ada dan satu, tidak ada yang bersama-Nya saat menciptakan alam semesta ini. Mengesakan-Nya dalam segala bentuk peribadahan, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Meyakini bahwa tidak ada pencipta selain-Nya, dan mensucikan Allah dari sekutu dalam kuasa dan kerajaan-Nya, serta mensucikan-Nya dari segala penyerupaan, tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Allah ta’ala berfirman, yang artinya:
Ada 6 pokok aqidah bagi setiap muslim, apa saja itu ?
Pertama, meyakini bahwa Allah itu ada dan satu, tidak ada yang bersama-Nya saat menciptakan alam semesta ini. Mengesakan-Nya dalam segala bentuk peribadahan, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Meyakini bahwa tidak ada pencipta selain-Nya, dan mensucikan Allah dari sekutu dalam kuasa dan kerajaan-Nya, serta mensucikan-Nya dari segala penyerupaan, tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Allah ta’ala berfirman, yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta
segala sesuatu. (Allah) tidak beranak
dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.” (Qs.Al-ikhlas: 1-4)
Di ayat lain Allah berfirman, yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia member makan makan dan tidak diberi makan ?, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (Kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masukgolongan orang-orang musyrik’.” Qs.Al-an’am: 14)
Di ayat lain Allah berfirman, yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia member makan makan dan tidak diberi makan ?, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (Kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masukgolongan orang-orang musyrik’.” Qs.Al-an’am: 14)
“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu baginya-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim). Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah (patut) aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah tuhan bagi segala sesuatu….’.” (Qs. Al-an’am : 162-164)
Kedua, meyakini dan mengimani bahwa Allah (berhak) memilih siapa saja dari hambanya, membawa risalah-Nya—melalui perantara malaikat dan wahyun-Nya—kepada mahluk-Nya. Kemudian mengutusnya sebagai utusan yang menyampaikan risalah Allah kepada mahluk-Nya, mengajak mereka untuk iman dan beramal sholeh. Dari sini, wajib hukumnya mengimani nabi-nabi dan rosul-rosul Allah yang telah Allah ceritakan dari Adam ‘alaihissalaam hingga rosulullah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam.
Ketiga, meyakini adanya malaikat Allah sebagai perantara wahyu, dan meyakini bahwa Allah menurunkan Kitab2 kepada rosul-Nya.
Keempat, mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-benar dari sisi Allah Ta’ala dan dan meyakini segala esensi yang terkandung dalam kitab-kitab-Nya.
Kelima, meyakini dan mengimani hari kebangkitan
pembalasan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (QS.
Al-Mu’minun: 15-16)
Keenam, meyakini
bahwa Allah Ta’ala telah mengetahui takdir seluruh
makhluk, meyakini bahwa Allah Ta’ala telah selesai menuliskan takdir makhluk
yang Dia ketahui itu ke dalam lauh al-mahfuzh, 50.000 tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi.Keenam poin ini sangat selaras dengan hadits ke-dua kitab al-Arba’in an-Nawawiyah, hadits yang menjelaskan tentang iman. “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”
Semoga bermanfaat, wallahu ta’alaa a’lam bishowabPenulis: Faris dan Sendika.
No comments:
Post a Comment