Saturday, 18 January 2014
Julaibib, Sang Perindu Surga (Part I)
Oleh: Rizki Utama
Dialah Julaibib..
Lusuh miskin, kurus hitam, tak berhata dan tidak dikenal. Dia tidur beralaskan bumi beratapkan langit, rumahnya adalah serambi masjid nabi, makan tidak pasti, jika ada sisa potongan-potongan roti, jika tidak dia pun berpuasa.
Suatu ketika Rasulullah -Shollahu alaihi Wasallam- masuk ke dalam masjid, mendatangi sekumpulan sahabat dan bertanya, "Siapa orang itu?" menunjuk seorang yang menyendiri di sudut masjid. Tidak banyak yg mengenalnya, seorang berkata, "Dia adalah Julaibib wahai Rasulullah.."
Ya, dialah Julaibib.. Siapa yang ingin mengenal orang sepertinya?
Datang Rasul menyapanya, dan bertanya, "Wahai Julaibib, mau kah kamu menikah?" Dia tidak menjawb apapun selain, "Wahai Rasulullah, siapa yang sudi menikah dengan Julaibib, miskin tak dikenal?"
Keesokan harinya Rasul kembali mendatanginya, dan bertanya, "Wahai Julaibib, tidak kah engkau hendak menikah?" Dengan jawaban yang sama, "Wahai Rasulullah, siapa yang sudi menikah dengan Julaibib, miskin tak dikenal?"
Di hari ketiga Rasulullah bertanya lagi dan mendapat jawaban yang sama, "Bukan kah sudah saya katakan wahai Rasulullah, siapa wanita di dunia ini yang sudih menikah dengan seorang Julaibib, yang miskin tak dikenal? Kemudian, Rasulullah memerintahkannya untuk mendatangi salah seorang bapak, "Datangilah rumah Fulan bin fulan, bilang ke dia bahwa Rasul memerintahkannya untuk menikahkan anak putrinya dengan mu."
Oleh karena kepatuhannya kepada Rasulullah, Julaibib pun berangkat. "Rasul menyampaikan salam untuk kalian, dan dia memerintahkan anda untuk menikahkan anak putri anda dengan saya," terang Julaibib kepada si Bapak.
Kaget si Ibu bertanya, "Hah, bagaimana bisa? kamu hendak menikah dengan putri ku yang cantik itu?" Si bapak mengiyakan, bagaimana bisa putrinya yg cantik itu menikah dengan pemuda miskin, lusuh, sepertinya? Namun, di tengah penolakan itu, terdengar suara dari balik kamar sang wanita, "bagaimana ini bisa terjadi? apa kalian hendak menolak pinangan seorang utusan Rasulullah? Demi Allah! Saya terima tunangannya dan saya ridho sebagai istrinya!"
Kepatuhan luar biasa dari seorang wanita, wanita tercantik dari kalangan kaum anshor, seorang wanita yang terdidik di bawah risalah nubuwah, wanita al-qur'an dan as-sunnah, wanita qiyamul laili, bukan wanita televisi, yang memarken aurat kepada siapa saja, melanggar dan menerobos aturan Allah. Dialah wanita sholehah.
Malam pertama pun tiba, malam memadu kasih dan cinta, di dalam belai kemesraan, si wanita berhias secantik-cantiknya membuat Julaibib terpanah, terhipnotis. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan keras seorang penyeru dari luar rumah, "Wahai kuda-kuda Allah, bergegeaslah! Wahai kuda-kuda Allah, bergegeaslah! Wahai kuda-kuda Allah, bergegeaslah!"
Sebuah panggilan jihad, yang membuat Julaibib sang pengantin muda itu lompat dari pelukan istri cantiknya, melesat bagai anak dari tali dan busurnya, memakai baju besi menghunus pedang, bersatu dengan barisan kaum muslimin.
Bersambung..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment