Tuesday, 14 January 2014

Hari Terbaik dan Waktu Mustajab


            Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta`ala yang telah memberikan kepada kita nikmat iman dan nikmat islam. Dengan nikmatnya kita bisa belajar dan mencari berbagai macam ilmu yang kemudian kita amalkan dan sebarkan sebagai tabungan amal sholeh di akhirat kelak.

             Sebagai seorang muslim pasti telah mengetahui bahwa hari jumat adalah hari terbaik dalam satu pekan, sebagaimana dalam hadist Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا.                                                                           

“Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit didalamnya adalah hari Jumat, karena pada hari itulah Adam diciptakan, pada hari itu pula dia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula dia dikeluarkan darinya.” (HR. Muslim no. 854)

               Hari terbaik yang Allah ciptakan adalah hari jumat, mengapa jum’at? karena di dalamnya terdapat banyak amalan-amalan  yang hanya khusus dilaksanakan pada hari itu.  Diantaranya: Sholat jumat yang hukumnya fardlu ain, membaca surat Al-Kahfi, memperbanyak sholawat kepada Nabi, mandi besar, mengenakan pakian terbaik, bergegas pergi untuk menunaikan sholat Jumat, banyak berdzikir dan berdoa hingga khotib naik mimbar.

            Juga pada hari Jumat terdapat waktu mustajab dikabulkannya doa. Ulama berbeda pendapat dalam menentukan waktu mustajab tersebut. Pendapat yang paling shohih mengatakan bahwa waktunya sejak khotib naik mimbar hingga selesai sholat jumat atau setelah Ashar.

            Tidaklah seorang muslim bertepatan dengan waktu tersebut sedangkan ia sedang dalam keadaan berdiri melaksanakan sholat dan memohon sesuatu kepada Allah baik yang berkaitan dengan urusan agama maupun urusan dunia, melainkan Allah Ta`ala akan mengabulkannya. Selama dia tidak berdoa untuk melakukan perbuatan dosa atau memutuskan hubungan keluarga. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

 “Doa seorang hamba niscaya dikabulkan, selama dia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau memutuskan hubungan keluarga.” (HR Muslim no. 2735)



            Allah Ta`ala merahasiakan waktu tersebut sehingga keberadaannya tidak diketahui, apakah berada di permulaan , pertengahan, atau penghujung hari jumat. Allah merahasiakannya karena mengandung hikmah dan rahmat, karena jika keberadaannya diketahui maka kaum muslimin tidak bersemangat melakukan ibadah serta berdoa kecuali pada waktu tersebut.

           “Waktu” yang sangat diharapkan menjadi waktu dikabulkannya doa adalah dua waktu,

Pertama, Ketika khotib naik mimbar hingga selesai sholat. Saat itu menjadi istimewa dengan berkumpulnya orang-orang yang sholat dan berkumpul untuk melakukan sebuah ibadah yang memiliki pengaruh pada terkabulnya doa. Dari Abu Burdah dari bapaknya, dia berkata : Aku mendengar Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ

 “Waktu (Mustajab) tersebut diantara duduk imam hingga selesai sholat.” (HR. Muslim no. 853)

Kedua, waktu diantara sholat Ashar sampai terbenamnya matahari, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Abdullah bin Salam yang diriwayatkan Ibnu Majah dan dari Jabir yang diriwayatkan Abu Daud dan An-Nasai,

أَنَّهَا مَا بَيْنَ صَلاَةِ العَصْرِ إِلَى غُرُوْبِ الشَّمْسِ                    

“Waktu tersebut diantara sholat Ashar hingga terbenam matahari.”



Mari kita fokuskan pikiran serta berusaha semaksimal mungkin pada hari itu agar berhasil menepati waktu yang penuh berkah tersebut. Doa yang akan dikabulkan adalah doa yang disyariatkan dalam segi lafadzh (bacaan) serta maksudnya.



Wallahu Ta`ala A`lamu Bishowwab.



Penulis: Muhammad Fauzan Sholeh.

No comments:

Post a Comment